9 tips cara mengembakan kecerdasan emosional (EQ) anak

Sabtu, 21 Mei 2011


Emotional Intelligence, atau EQ, merupakan indikator nonintelektual, yang berupa sifat psikologis individu. Jika seorang anak menunjukkan sifat suka menyendiri, perilaku yang abnormal, sulit bekerja sama, memiliki perasaan rendah diri, sangat rapuh dan tidak mampu menghadapi rintangan, sering menunjukkan ketidaksabaran, egois atau kurang memiliki kestabilan emosi, semuanya mungkin saja mengindikasikan EQ yang rendah. EQ sangat penting untuk keberhasilan hidup seseorang. Oleh karena itu, bagaimana membina dan meningkatkan EQ seorang anak menjadi masalah yang sangat penting. Hal-hal berikut ini memberikan panduan tentang cara membina EQ seorang anak.

 1. Mendidik anak-anak untuk bertahan dalam situasi sulit

Ada cerita nyata tentang sekelompok anak yang pergi ke gunung untuk piknik. Mereka tersesat dalam perjalanan pulang dan harus menghadapi malam dalam keadaan lapar, lelah dan penuh ketakutan. Mereka merasa tidak punya harapan dan malam itu dilalui dengan penuh air mata. Salah satu anak berkata sambil menangis: Tidak ada yang akan menemukan kita dan kita semua akan mati di sini. Namun, Evelyn yang berumur 11 tahun berdiri dan berkata dengan tegas: "Tidak! Saya tidak akan mati! Ayah saya mengatakan bahwa selama kita berjalan mengikuti aliran, aliran akan membawa kita ke sebuah sungai, yang pada akhirnya membawa kita ke sebuah kota kecil. Saya berencana untuk berjalan di sepanjang sungai, kalian boleh mengikuti saya jika mau. Dipimpin oleh Evelyn, mereka berhasil keluar dari hutan. Kepercayaan diri, keberanian dan tekad yang dimiliki oleh Evelyn bukanlah sifat bawaan, tetapi adalah hasil asuhan, pendidikan dan pengaruh keluarga.


2. Menanamkan ketahanan dan pengendalian diri

Bagaimana cara melatih anak agar mampu mengendalikan diri? Misalnya, ketika anak menghabiskan uang saku mingguan lebih cepat dari yang seharusnya, orang tua dapat berkata: “Jika kamu berhasil menyimpan setengah jatah uangmu minggu ini, akan Ayah gandakan jumlah uang sakumu minggu depan.Jika kamu terbiasa menyimpan uang, walaupun itu hanya dalam jumlah kecil, kamu akan mampu membeli barang yang lebih besar.“

Hal yang sama juga berlaku bagi anak-anak saat menghadapi tantangan, seperti misalnya gagal ujian atau mendapat nilai tes yang buruk. Orangtua perlu mendorong anak-anak mereka untuk berusaha lebih keras dan tidak menyerah. Dengan kata lain, orang tua perlu mengajarkan mereka agar tahan dalam menghadapi rintangan.


3. Menghadapi dunia luar

Karena terlalu khawatir, banyak orangtua melarang anaknya pergi ke luar sendirian. Karena hal ini, anak-anak jadi kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi dan bertemu orang baru. Ketika anak kecil melihat seseorang yang tidak ia kenal, ia mungkin akan menangis atau memilih menyendiri. Setelah tumbuh dewasa, mereka menjadi sensitif dan kurang berani untuk berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain. Kurang percaya diri menyebabkan mereka tidak punya banyak teman. Ketika dewasa, mereka akan sulit mencapai potensi penuh yang dimiliki serta menghadapi kesulitan berurusan dengan masyarakat. Oleh karena itu, orang tua harus membantu anak-anak mereka untuk memahami dunia luar. Orang tua juga harus memberikan kesempatan berinteraksi lebih banyak untuk anak-anak yang penakut. Seorang anak yang mampu menghadapi masyarakat tanpa rasa takut juga akan lebih percaya diri saat berhadapan dengan guru dan rekan-rekannya di sekolah.


4. Menumbuhkan rasa ingin tahu, kreativitas dan imajinasi

Anak-anak secara bawaan dilahirkan dengan rasa ingin tahu, sehingga, secara alami anak kecil akan tertarik menyentuh sesuatu, merasakan hal-hal dan bahkan membongkar barang-barang yang ia temui. Kadang-kadang, mereka bisa saja membuat berantakan seisi rumah. Ini adalah ekspresi dari kehausan mereka akan pengetahuan dan cara yang penting bagi mereka untuk memperoleh keterampilan baru. Dengan cara ini, mereka juga berusaha untuk memahami bagaimana sesuatu bekerja. Orang tua harus dengan sabar memenuhi rasa ingin tahu anak. Ini dapat diwujudkan dengan menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu serta menggunakan barang-barang yang mereka minati.


5. Beri anak-anak kesempatan untuk melatih cara pikir mereka

Seorang anak laki-laki tidak bisa menaiki anak tangga karena dia terlalu kecil. Dia meminta ibunya untuk mengangkatnya. Ibunya berkata: “Kamu bisa melakukannya, coba gunakan akal dan pikirkan sejenak bagaimana melakukannya.” Kemudian, anak itu punya. ide: “ Jika saya pindahkan boks mainan saya di sini, saya dapat menggunakannya untuk pijakan”. Anak itu berpikir dan berusaha memecahkan masalah berkat nasihat ibunya. Hal ini memotivasi anak untuk menciptakan solusi. Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak pendekatan masalah yang bisa dilakukan selama kita mencurahkan waktu sejenak untuk memikirkannya.


Sekian ostingan dai aku semoga bermanfaat

0 komentar:

Posting Komentar